Sepanjang sejarah, Tanah Papua selalu punya kontribusi besar terhadap sepak bola Indonesia.
Dalam satu-satunya ajang resmi di mana Indonesia pernah menjadi juara, putra Papua, Rully Nere, menghiasi Skuad Garuda yang merebut medali emas di SEA Games 1987.
Di level klub, nama Indonesia pernah dikibarkan oleh Persipura Jayapura. Mutiara Hitam mendapatkan salah satu pencapaian tertinggi klub Indonesia di kompetisi antarklub Asia saat mencapai babak semifinal Piala AFC pada 2014.
Persipura sendiri adalah salah satu klub elite di Tanah Air. Pernah menjadi juara Liga Indonesia 4 kali, Persipura punya tradisi memunculkan pemain-pemain top dari Bumi Cendrawasih.
Selain Rully Nere, publik sepak bola Tanah Air juga mengenal Jack Komboy, Eduard Ivakdalam, Boaz Solossa, Ian Louis Kabes, dan Imanuel Wanggai.
Dari bukti deretan nama tersebut, bakat alami dari pemain Papua sudah tidak perlu diragukan lagi.
Namun, menggali bakat-bakat itu secara maksimal dan kemudian menyalurkannya ke jalan yang ideal adalah tantangan tersendiri. Untuk itulah Papua Football Academy hadir sejak tahun lalu.
Resmi diluncurkan oleh Presiden Joko Widodo pada 31 Agustus 2022, Papua Football Academy (PFA) adalah inisiasi dan salah satu komitmen investasi sosial PT Freeport Indonesia untuk membantu mengembangkan sumber daya sepak bola Papua.
“Bakat anak-anak Papua sangat bagus tetapi sangat mentah,” kata Direktur Akademi PFA, Wolfgang Pikal. “Soalnya, pelatih kurang, klub dan SSB kurang.”
“Kesulitannya adalah bagaimana kita ketemu bakatnya. Scouting-nya, identifikasi talent-nya tidak gampang.”
Papua Football Academy telah menjaring 30 anak Papua berusia 13-14 tahun dari Timika, Jayapura, dan Merauke untuk angkatan pertama.
Tahun ini PFA berencana melebarkan sayap pencarian bakat dengan menambah seleksi di 3 kota, yakni Biak, Serui, dan Nabire.
Mimpi besar pun diusung PFA dalam perkembangan ke depannya.
“Amin, harapan tertingginya adalah PFA menjadi sumber bintang timnas Indonesia di masa depan,” ujar Direktur PT Freeport Indonesia, Claus Wamafma.
“Kita sangat mengharapkan ada lagi mutiara-mutiara hitam baru di tim nasional. Hal itu adalah kebanggaan buat seluruh orang di Papua, juga untuk Indonesia,” lanjutnya.
Impian itu juga sudah disebut sendiri oleh Presiden Jokowi ketika meresmikan PFA.
“Ingin seperti mereka, legenda-legenda seperti Rully Nere, Aples Tecuari, Alexander Pulalo, dan Boaz Solossa? Jalannya sudah ada di depan anak-anakku semuanya, yaitu Papua Football Academy,” kata Presiden Jokowi, dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden.
Dalam upaya mewujudkan mimpi tersebut, PT Freeport Indonesia telah menegaskan komitmen mereka untuk terus menyokong PFA.
“PFA akan menjadi portofolio baru di Freeport dan akan menjadi sebuah komitmen jangka panjang,” ujar Claus Wamafma. Kita akan melihat PFA ini ada sampai operasi penambangan Freeport selesai.”
“PFA akan terus berlanjut entah apakah masih ada PT Freeport Indonesia atau tidak di Papua,” ucapnya lagi.
PT Freeport Indonesia akan terus mengembangkan Papua Football Academy sampai kelak mungkin bisa menjadi akademi sepak bola terbaik di Tanah Air.
Dari menambah level usia anak yang dididik di PFA, menambah jumlah staf pelatih, menambah jumlah anak yang mendapatkan kesempatan di PFA, sampai membangun sarana dan sports science yang mungkin belum terjamah oleh akademi sepak bola sejenis di Indonesia.
Apabila bakat terbaik dibina oleh akademi terbaik, melihat timnas Indonesia berada di pentas dunia tentu bukan lagi sebuah mimpi yang tidak bisa dicapai. Papua Football Academy hadir untuk mewujudkannya.
(Ditulis oleh Dwi Widijatmiko, pemenang PFA Writing Competition di BolaSport.com)