Kekalahan di Final, Kemenangan untuk Semangat Papua: PFA Batch 2 Pulang dengan Kebanggaan dan Pelajaran Berharga
Malang, 17 September 2025 – Di bawah sorotan lampu Stadion Gajayana, Papua Football Academy (PFA) Batch 2 mungkin harus mengakui keunggulan SSB Bimba Aiueo Jakarta dengan skor 2-1 di final Piala Soeratin U-15. Namun, bagi para pemuda kelahiran 2010 itu, serta seluruh keluarga besar Papua yang hadir, pulang dari Malang bukan dengan kegagalan, melainkan dengan sebuah kemenangan atas diri sendiri dan janji akan masa depan yang lebih cerah.



Pertandingan yang berlangsung ketat itu hanya menjadi satu bagian dari cerita. Cerita yang sesungguhnya terukir usai peluit akhir berbunyi. Dengan dada yang mungkin masih sesak oleh kekalahan, kesebelas pemain PFA bangkit dan membentuk formasi guard of honor, memberikan jalan dan penghormatan tertinggi bagi lawan mereka menuju podium. Dalam keheningan yang mengharukan, gestur sportivitas itu berbicara lebih lantang daripada gol apa pun: bagi PFA, membangun karakter manusia unggul adalah kemenangan yang sejati.

Suasana kekeluargaan yang hangat menyelimuti tribun stadion. Mereka disambut oleh sorak-sorai dan dukungan tanpa henti dari keluarga besar Papua di Malang—alumni PFA angkatan 2009, adik-adik kelas angkatan 2011 dan 2012, mahasiswa, dan masyarakat Papua—yang hadir membentuk satu kesatuan suara. Stadion seketika berubah menjadi kantong semangat Papua, sebuah “rumah” yang penuh dengan kebanggaan dan dukungan, menunjukkan bahwa solidaritas adalah fondasi terkuat mereka.

Yakob Rumabar, mantan pemain Persiram Raja Ampat yang menyaksikan langsung, menyampaikan kebanggaan yang mendalam. “Ini luar biasa. Melihat anak-anak Papua tampil di final di Jawa, di tengah kultur sepak bola yang sangat berkembang, adalah sebuah pencapaian besar. Ini membuktikan bahwa dengan kerja keras dan dukungan, talenta Papua bisa bersaing di level tertinggi. Saya yakin, dari lapangan ini akan lahir Boaz Salossa baru yang akan membawa nama Papua bersinar,” ujarnya penuh keyakinan.

Pelatih Kepala PFA, Ardiles Rumbiak, lebih memilih untuk melihat sisi terang dari perjalanan ini. “Saya tidak bisa berkata-kata, hanya rasa haru dan bangga yang luar biasa. Anak-anak sudah memberikan segalanya, tidak hanya di turnamen ini tetapi juga dengan sebelumnya menjuarai Garuda International Cup. Tuhan memang belum berkehendak untuk trofi, tetapi Ia memberikan pelajaran yang jauh lebih berharga untuk bekal masa depan mereka,” tutur Ardiles, yang juga merupakan legenda Persipura Jayapura.
Ia menekankan signifikansi historis pencapaian ini. “Puluhan tahun Papua menunggu untuk kembali mendengar lagunya dimainkan di final Piala Soeratin. Hari ini, kami menciptakan sejarah baru. Ini adalah awal, bukan akhir.”

Di tengah kebanggaan kolektif ini, muncullah bintang masa depan: Dolvi Solossa, yang dinobatkan sebagai Pemain Terbaik turnamen. Penghargaan ini menjadi simbol nyata bahwa Papua adalah gudangnya talenta sepak bola yang siap bersaing secara nasional.

Perjalanan PFA Batch 2 di Piala Soeratin 2025 mungkin telah berakhir, tetapi perjalanan mereka membawa nama Papua baru saja dimulai. Dengan dukungan penuh dari PT Freeport Indonesia, PFA terus konsisten pada misinya: bukan hanya mencetak pemain bola yang terampil, tetapi juga membangun generasi penerus Papua yang tangguh, berintegritas tinggi, dan siap berkontribusi positif bagi masyarakat dan bangsa Indonesia.
Tentang Papua Football Academy (PFA):
Papua Football Academy (PFA) adalah sebuah wadah pembinaan sepak bola yang berkomitmen untuk mengembangkan talenta muda Papua secara holistik. PFA tidak hanya fokus pada pelatihan sepak bola berkelas internasional, tetapi juga menitikberatkan pada pembentukan karakter, kedisiplinan, dan pendidikan formal untuk mencetak calon-calon pemimpin masa depan yang membanggakan dari Tanah Papua.



