Yogyakarta, 18 September 2025 – Suasana berbeda menyelimuti Sani Pottery dan Tingal Art Batik Borobudur ketika sekelompok anak-anak berseragam olahraga dengan semangat tinggi mengikuti setiap instruksi dengan cermat. Mereka adalah para pesepak bola muda dari Papua Football Academy (PFA) tim U-13 yang sedang melakukan kunjungan budaya. Agenda mereka hari itu bukanlah latihan passing atau shooting, melainkan mempelajari dua warisan budaya agung Indonesia: membatik dan membuat gerabah.
Kunjungan ini merupakan bagian dari program holistik PFA yang tidak hanya berfokus pada pengembangan kemampuan sepak bola, tetapi juga pembentukan karakter dan wawasan kebangsaan. Pada tanggal 18 September 2025 itu, para pemain muda tersebut diajak untuk merasakan langsung proses kreatif di balik kain batik dan tembikar.


Di Sani Pottery, anak-anak asuhan Coach Izaac Wanggai itu dengan antusias mencoba memutar alat putar (wheel) dan membentuk tanah liat menjadi berbagai bentuk gerabah. Tangannya yang biasa lincah menggiring bola kini belajar mengolah material alam dengan kesabaran dan ketelitian. Sementara di Tingal Art Batik Borobudur, mereka diperkenalkan pada proses membatik mulai dari menggambar pola (molani) dengan *canting*, hingga proses pewarnaan. Konsentrasi mereka terpaku pada titik-titik malam panas yang dengan hati-hati mereka tuangkan di atas kain putih.

Coach Izaac Wanggai, Pelatih Kepala PFA 2012, menekankan pentingnya kegiatan semacam ini bagi masa depan anak-anak Papua. “Kegiatan seperti ini sengaja diadakan untuk memperkenalkan keberagaman budaya Indonesia kepada anak-anak sejak dini. Agar mereka, anak-anak PFA, tidak buta akan kebudayaan yang ada di Indonesia,” ujarnya.
Menurut Coach Izaac, pemahaman akan keragaman budaya adalah pondasi penting dalam membangun karakter calon pemimpin masa depan. “Kita ingin mereka tidak hanya menjadi pemain bola yang hebat, tetapi juga individu yang mencintai dan menghargai Indonesia dengan segala kekayaan budayanya. Pengalaman langsung seperti ini akan membekas lebih dalam daripada sekadar teori di kelas,” tambahnya.
Lain dengan kakak kelasnya di Timika, anak-anak PFA U-14 melakukan kunjungan ke kampung Nawaripi Dalam, tepatnya di Galeri Ukir Yayasan Maramow, tempat dimana anak-anak PFA mengenal lebih dekat dengan seni ukir kayu yang merupakan salah satu dari kebudayaan Suku Kamoro.


Di sana anak-anak belajar secara langsung tentang bagaimana menciptakan pahatan-pahatan pada kayu. Bukan hanya tentang keindahan karya seni, namun pada proses pembuatannya, terdapat nilai-nilai penting yang bisa dipelajari seperti ketelitian dan kesabaran, karena tentunya bukan hal yang mudah untuk membuat sebuah karya seni pahatan.
Tentang Papua Football Academy (PFA):
Papua Football Academy (PFA) adalah sebuah wadah pembinaan sepak bola yang berkomitmen untuk mengembangkan talenta muda Papua secara holistik. PFA tidak hanya fokus pada pelatihan sepak bola berkelas internasional, tetapi juga menitikberatkan pada pembentukan karakter, kedisiplinan, dan pendidikan formal. Tujuannya adalah untuk mencetak calon-calon pemimpin masa depan yang membanggakan dari Tanah Papua, yang unggul tidak hanya di lapangan hijau tetapi juga dalam kehidupan.
Kunjungan budaya ini menjadi bukti nyata komitmen PFA dalam mencetak atlet yang memiliki wawasan kebangsaan dan berkarakter. Melalui pengalaman menyentuh langsung warisan budaya Jawa, diharapkan benih-benih toleransi, penghargaan pada perbedaan, dan kecintaan pada tanah air akan tumbuh subur dalam diri setiap anak didik PFA, membawa mereka menjadi sosok yang membanggakan bagi Papua dan Indonesia.



