Papua Football Academy (PFA) telah mengukir prestasi bersejarah dengan melangkah ke babak final turnamen bergengsi Piala Soeratin U-15 2025. Pencapaian ini mencatatkan nama PFA sebagai wakil ketiga dari Tanah Papua yang berhasil mencapai final, menyusul kesuksesan Persiss Sorong pada 1987 dan Persipura Jayapura pada 2005.
Prestasi membanggakan ini diraih oleh para siswa PFA kelahiran 2010 yang berasal dari berbagai penjuru Papua; dari Pegunungan Tengah hingga pesisir Papua Selatan. Mereka adalah produk dari sistem pembinaan berkelanjutan PFA yang memulai perjalanan bersama sejak tahun 2023. Perjalanan menuju final ini merupakan buah dari kerja keras, disiplin, dan penerapan filosofi permainan modern yang diusung oleh akademi.
Yang membuat pencapaian ini semakin istimewa adalah tradisi PFA yang konsisten menurunkan tim dengan usia rata-rata satu tahun lebih muda dari kelompok umur yang disyaratkan. Pada tahun-tahun sebelumnya, PFA selalu menggunakan ajang Soeratin U-15 sebagai ajang pembelajaran berharga bagi para talenta mudanya untuk berkompetisi melawan pemain yang lebih tua dan berpengalaman. Kini, setelah melalui proses pembinaan sejak akademi berdiri pada tahun 2022, kerja keras dan strategi jangka panjang tersebut akhirnya membuahkan hasil perdana dengan lolosnya tim ini ke babak final.
Rajut Persaudaraan di Tengah Rivalitas Sengit
Perjalanan menuju final tidak hanya diwarnai oleh pertandingan sengit, tetapi juga oleh jalinan persaudaraan yang erat. Salah satu momen paling berkesan adalah pertemuan sengit melawan BMP Flores Timur, NTT, di babak 16 Besar. Di atas lapangan, kedua tim bertarung dengan gigih, menunjukkan tekad dan kualitas terbaik mereka. Namun, begitu peluit akhir berbunyi, rivalitas itu langsung mencair menjadi keakraban yang hangat.
Pemain dari kedua tim saling berpelukan dan berfoto bersama layaknya saudara. Istilah “habis-habis” yang mereka pakai dengan penuh semangat menggambarkan semangat pertandingan yang total, namun juga menunjukkan bahwa rivalitas di lapangan sama sekali tidak mengganggu ikatan persaudaraan di luar lapangan. Momen ini menjadi bukti nyata bahwa sepak bola tidak hanya tentang menang dan kalah, tetapi juga tentang membangun jembatan persatuan antardaerah di Indonesia.
Dukungan Solid dari Keluarga Besar PFA
Euforia menyambut final ini terasa sangat spesial dan melibatkan seluruh elemen keluarga besar PFA. Yazid Horota, alumni PFA Batch I (kelahiran 2009) yang selama ini setia hadir langsung mendukung di lapangan, menyampaikan semangatnya, *”Saya berharap PFA U15 bisa menjuarai Piala Soeratin U-15 Nasional tahun ini, sekaligus menciptakan sejarah baru untuk Tanah Papua di kancah Nasional.”
Dukungan juga datang dari alumni lainnya yang kini melanjutkan karier di akademi lain. Geovanno Wanggai, yang saat ini berada di ASIFA Malang, berjanji akan turut hadir secara langsung. *”Saya ingin menjadi saksi hidup ketika PFA U15 bisa menjuarai Piala Soeratin U-15 Nasional,”* ujarnya. Begitu pula beberapa alumni di RNA Blitar yang menyempatkan diri hadir memberikan motivasi dan dukungan dalam sesi latihan jelang final.
Dukungan tidak hanya dari para pemain. Oktrianto Fira Wurangian, perwakilan orang tua asal Serui, menyampaikan rasa terima kasihnya, “Sukses untuk PFA, terima kasih untuk seluruh Coach, Coach Wolf dan Coach Ardiles, serta PT Freeport Indonesia yang telah memberikan perhatian dan pembinaan sepak bola berstandar internasional untuk kemajuan anak-anak dan sepak bola di tanah Papua dan Indonesia.”
Tribun penonton pun dipastikan akan kembali dipadati oleh para pendukung setia. Seperti pada pertandingan semi-final, Match Coordination Meeting (MCM) telah menyiapkan tribun khusus untuk menyambut para penggemar sepak bola, masyarakat Papua yang bekerja dan menempuh studi di Kota Malang, serta para pensiunan karyawan PTFI. Semangat kebersamaan ini terangkum dalam semangat: “Gajayana, Kami Datang!”
Piala Soeratin sendiri, yang dinamai dari mantan Ketua PSSI Soeratin Sosrosoegondo, dikenal sebagai turnamen yang melahirkan bintang-bintang masa depan sepak bola Indonesia. Legenda seperti Bambang Pamungkas dan Boaz Solossa adalah beberapa nama yang pernah membuktikan diri di ajang ini. Kini, didukung oleh seluruh keluarga besar PFA, para pemain muda ini siap untuk menorehkan nama mereka dalam sejarah tersebut.
Menjelang laga puncak, manajemen PFA, pelatih, dan tentunya para pemain, memohon doa dan dukungan dari seluruh masyarakat Indonesia. Dukungan ini menjadi energi tambahan bagi mereka untuk memberikan kontribusi terbaik dan memperlihatkan bahwa talenta muda Papua adalah aset berharga bagi masa depan sepak bola Indonesia.
Tentang Piala Soeratin:
Piala Soeratin adalah kompetisi sepak bola usia dini tertua dan paling bergengsi di Indonesia, yang diselenggarakan oleh PSSI. Turnamen ini menjadi wadah utama dalam mencetak dan mengembangkan bibit-bibit unggul pemain sepak bola nasional.
Tentang Papua Football Academy (PFA):
PFA adalah sebuah akademi sepak bola yang berkomitmen untuk membina talenta muda Papua tidak hanya menjadi pemain sepak bola yang berkualitas, tetapi juga individu yang berkarakter dan berpendidikan. PFA fokus pada pembinaan holistik dengan menyediakan pendidikan formal dan pelatihan sepak bola berkelas internasional.