Timika, Papua — Papua Football Academy (PFA) kembali menegaskan komitmennya dalam pembinaan atlet muda berbasis ilmu pengetahuan. Melalui riset bertajuk “Pola Keseimbangan Dinamis dan Kecenderungan Groin Injury pada Atlet Muda Papua Football Academy”, fisioterapis Muhammad Rizaldi memaparkan temuan penting yang menjadi langkah baru PFA dalam memperkuat aspek kesehatan dan pencegahan cedera pemain.
Penelitian ini dipresentasikan dalam National Conference on Football Science (NCFS) 2025 di Institut Teknologi Bandung — sebuah forum bergengsi yang mempertemukan para ahli fisioterapi, pelatih, dan akademisi olahraga dari seluruh Indonesia.
Keseimbangan Tubuh: Fondasi Performa dan Pencegahan Cedera
Dalam dunia sepak bola modern, keseimbangan tubuh yang baik adalah pondasi utama bagi setiap pemain.
Melalui metode Y-Balance Test, tim fisioterapi PFA menilai kemampuan keseimbangan dinamis 28 pemain muda.
Hasilnya cukup menarik:
“Sebanyak 15 pemain menunjukkan hasil keseimbangan yang kurang stabil, dan 13 di antaranya mengalami cedera otot pangkal paha (groin injury),” jelas Muhammad Rizaldi, fisioterapis PFA.
Sementara itu, para pemain dengan hasil keseimbangan baik tidak mengalami cedera serupa. Temuan ini menunjukkan adanya keterkaitan langsung antara defisit keseimbangan dinamis dan risiko cedera.
Data Bicara: Groin Injury Masih Jadi Tantangan
Dalam periode observasi sembilan bulan, sekitar 46% pemain PFA mengalami groin injury, dengan angka tertinggi terjadi pada bulan ke-2 dan ke-7 — masa latihan intensif menuju kompetisi.
Rizaldi menjelaskan,
“Peningkatan intensitas latihan tanpa kesiapan otot yang seimbang dan pemanasan yang cukup menjadi faktor utama risiko cedera. Ini menjadi perhatian penting bagi tim pelatih dan medis untuk menyesuaikan beban latihan.”
Sebagai langkah tindak lanjut, PFA kini memperkuat program latihan keseimbangan dan stabilitas otot inti (core stability training) dalam rutinitas latihan harian pemain.
Pendekatan Sains dalam Pembinaan Atlet Muda
Riset ini menjadi cerminan nyata penerapan sport science di Papua Football Academy. Pendekatan ilmiah tidak hanya digunakan untuk pemulihan cedera, tetapi juga untuk pencegahan dan edukasi kesehatan pemain.
“Kami ingin setiap pemain Papua tidak hanya tangguh di lapangan, tetapi juga paham bagaimana menjaga tubuhnya dengan baik,” tambah Rizaldi.
Tim medis PFA secara rutin melakukan pemeriksaan fisik, analisis biomekanik, dan evaluasi performa untuk memastikan setiap pemain berkembang dengan aman dan optimal.
Menuju Akademi Sepak Bola Berbasis Ilmu Pengetahuan
Temuan dari penelitian ini menjadi pijakan penting bagi PFA untuk mengembangkan program pemantauan performa berbasis data digital, termasuk integrasi ke dalam platform E-PFA (Electronic Papua Football Academy) yang sedang dikembangkan.
Melalui sistem ini, setiap pemain akan memiliki profil kebugaran individual, termasuk catatan latihan, hasil tes fisik, dan riwayat cedera — semua dalam satu basis data terintegrasi.
Langkah ini mempertegas arah PFA sebagai akademi sepak bola profesional berbasis sains dan teknologi, yang tidak hanya melahirkan pemain berbakat, tetapi juga atlet muda yang cerdas dan sadar kesehatan.
Tentang NCFS
NCFS (National Conference Football and Science) adalah wadah bagi akademisi, praktisi, dan pegiat sepak bola di Indonesia untuk berkolaborasi dan membagikan gagasan dan hasil riset di bidang sains sepak bola. Tujuannya adalah untuk mendukung kemajuan sepak bola Indonesia secara ilmiah dan strategis, termasuk aspirasi untuk berprestasi di kancah internasional seperti Piala Dunia.
Tentang Papua Football Academy
Papua Football Academy (PFA) adalah akademi pembinaan sepak bola profesional yang berfokus pada pengembangan talenta muda Papua secara holistik — meliputi aspek teknik, pendidikan, karakter, dan kesehatan.
Didirikan sebagai wujud nyata kepedulian terhadap masa depan sepak bola Papua, PFA berkomitmen mencetak pemain muda yang berprestasi di lapangan, berintegritas dalam perilaku, dan berdaya saing di tingkat nasional maupun internasional.