Pengembangan berkelanjutan/Sustainable Development Program (SDG’s) adalah sebuah konsep program pembangunan yang berupaya menyeimbangkan tiga pilar utama secara harmonis: pertumbuhan ekonomi, inklusi sosial, dan perlindungan lingkungan. Konsep ini menekankan bahwa pembangunan harus memenuhi kebutuhan masa kini tanpa merusak kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Yang dalam praktiknya, SDGs menerapkan prinsip ini melalui 17 tujuan yang saling terhubung – mulai dari pengentasan kemiskinan dan penyediaan pendidikan berkualitas hingga penanganan perubahan iklim dan pelestarian ekosistem laut dan darat, yang pada intinya pembangunan berkelanjutan mengajak kita untuk membangun dunia di mana tidak ada seorang pun yang tertinggal, dimana kemajuan ekonomi berjalan beriringan dengan keadilan sosial dan kelestarian lingkungan untuk masa depan semua makhluk hidup.
Papua Football Academy (PFA), sebagai Investasi Sosial yang digagas oleh PT Freeport Indonesia telah melakukan capaian-capaian yang sejalan dengan program Pengembangan Berkelanjutan tersebut. Diantaranya adalah dengan mendata serta menyaring bibit-bibit muda pesepakbola di seluruh Tanah Papua hingga berjumlah 6.648 anak (data per Juni 2025). Selanjutnya, sebagai syarat peningkatan kualitas, para pemain yang telah terpilih sebagai siswa PFA, diikutsertakan dalam turnamen/kompetisi tahunan, baik nasional maupun internasional, yang pada tahun 2025, PFA telah mengikuti 26 kompetisi nasional dan 13 kompetisi internasional dengan catatan 9 kali juara turnamen.
Tentu bukan hasil dari proses singkat, PFA memiliiki program latihan yang melampaui akademi sepak bola pada umumnya, yakni dengan rataan waktu 18-24 jam per minggu, dimana rata-rata akademi sepak bola lain memiliki program latihan tiga kali dalam seminggu.
Program latihan intensif tersebut ditujukan untuk mendapatkan kemampuan optimal bagi para siswa PFA dalam mengolah sepak bola. Dengan bantuan teknologi AI berupa kamera analisis BePRO dan Metrica, yang bertujuan untuk menganalisa statistik siswa hingga memberikan laporan kepada orang tua siswa.
Di sisi akademik, PFA menggunakan perbandingan 1:12 antara siswa dengan guru dengan tujuan pembelajaran efektif. Jika kebanyakan sekolah menggunakan perbandingan 1:30 untuk murid dengan siswa, PFA mengutamakan efisiensi pembelajaran agar sisi akademik para siswa tetap bisa berjalan maksimal beriringan dengan bakat sepak bola mereka.
Didampingi para pengajar profesional yang berlisensi, PFA mempersiapkan anak-anak yang tidak hanya bisa bersaing dan berkompetisi dalam sepak bola, namun juga memiliki daya saing di masyarakat sebagai pribadi yang berkarakter.
Sebagai langkah pengawalan, PFA juga menjalankan sistem PFA Cild Safeguarding dengan prinsip-prinsip yang bertujuan untuk menjamin keselamatan, keamanan, kenyaman dan hak-hak anak yang bernaung dalam masa pendidikan di PFA. Termasuk pemenuhan gizi, kesehatan, dan aspek mental/psikologi anak.
Pada 1 Oktober 2025, BAPPENAS yang diwakili oleh Inti Wikanestri sebagai Deputi Bidang Pengembangan Manusia dan mitra kerjanya sebagai Deputi Bidang Pengembangan Manusia, berkunjung ke Papua Football Academy yang berlokasi di Mimika Sport Complex, Timika, Papua. Kunjungan ini ditujukan untuk meninjau implementasi SDG’s di Indonesia Timur. Pada pelaksanaannya, kunjungan tersebut disambut dan didampingi langsung oleh perwakilan PFA, Ratu Tisha Destria sebagai Konseptor PFA dan Wolfgang Pikal sebagai direktur akademi.
Dalam kunjungannya, Inti Wikanestri menyaksikan langsung dan berinteraksi dengan para siswa PFA. Dalam kesempatan tersebut, beliau memberikan motivasi dan semangat kepada para generasi muda Papua. “Saya yakin kalian adalah calon-calon pemain sepak bola di masa depan, bukan hanya untuk Papua dan Indonesia, tapi juga di mata dunia,” pesan Inti kepada para siswa.
Kegiatan ini semakin menegaskan bahwa PFA tidak hanya berfokus pada pembinaan bakat sepak bola muda Papua, tetapi juga memiliki komitmen mendalam untuk membina anak-anak Papua secara menyeluruh.
Janjaii Adi, sebagai Kepala Sports Management PT Freeport Indonesia mengatakan, program investasi sosial melalui PFA ditujukan untuk menyelaraskan pengembangan karakter masyarakat di Papua melalui pendidikan sepak bola dengan sikap saling menghormati dan jiwa kompetitif. “Program pendidikan sepak bola di PFA tentu bertujuan untuk pengembangan karakter masyarakat Papua. Dalam program tersebut, terdapat nilai-nilai positif yang ditanamkan seperti sikap saling hormat-menghormati dan jiwa kompetitif,” ungkapnya.
Ratu Tisha Destria menyambut hangat kunjungan ini dan menyatakan komitmen PFA untuk terus menjalankan Program Pembangunan Berkelanjutan. “Kami sangat menghargai kunjungan dan kata-kata penyemangat dari Ibu Inti. Dukungan dan arahan dari BAPPENAS sangat berharga bagi kami. Ini memperkuat keyakinan kami bahwa model pembinaan yang kami terapkan adalah jalan yang tepat untuk memberdayakan anak-anak Papua, tidak hanya di lapangan sepak bola, tetapi juga dalam kehidupan,” jelas Tisha.
Selain itu, Wolfgang Pikal sebagai Direktur Akademi PFA juga terlihat hadir menyambut para delegasi dari BAPPENAS dan mitra kerjanya. Ia sendiri mengatakan bahwa sejauh ini program-program di PFA berjalan dengan baik, termasuk dalam penyaringan pemain melalui Program PFA Cari Bakat yang sudah berlangsung di berbagai daerah di Tanah Papua.